Perkuat Pembinaan SDM TNI, Komisioner KASN Dorong Peningkatan Penggunaan Sistem Informasi

Komisioner KASN, Rudiarto Sumarwono, dalam paparannya pada Rakorpers TNI di Mabes TNI

Komisioner KASN, Dr. Rudiarto Sumarwono, menyebutkan, pada 2025 mendatang dunia akan dihadapkan pada perubahan beberapa tren strategis (megatrend), salah satunya adalah bonus demografis. Indonesia sebagai negara yang akan mengalami bonus demografi, perlu menyiapkan berbagai aspek dengan baik, seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Ihwal kualitas SDM sendiri beberapa kali disinggung Presiden Joko Widodo untuk menjadi perhatian penting disetiap sektor, misalnya sipil dan militer.

“Untuk menjadikan bonus demografi ini bermanfaat bagi kita, pemerintah harus dengan seksama menyiapkan, satu, bagaimana pendidikan-pendidikan bagi generasi selanjutnya, bagaimana kesehatannya, lalu lapangan kerjanya. Kalau tiga hal penting ini tidak ditata dengan baik, bonus demografi yang harusnya menjadi berkah, (justru) menjadi bencana,” terang Rudiarto Sumarwono dalam paparannya bertajuk “Penguatan Pembinaan SDM TNI dalam Mengakselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional dan Kebijakan Reformasi Struktural dalam Perspektif Akademik-Birokratik” pada Rakorpers TNI di Mabes TNI, Kamis (17/3/2022).

Komisioner KASN melanjutkan, dari berbagai aspek sumber daya yang ada, human capital menjadi sisi yang terpenting. Meskipun sudah memiliki alat atau sistem yang maju, jika tidak diimbangi dengan SDM yang kompeten dan berpendidikan, maka akan sulit untuk bersaing dengan negara lain. Oleh Karena itu, dalam lingkungan sipil, pemerintah sejak 2013 lalu telah berusaha mengubah manajemen ASN dari Comfort Zone menuju Competitive Zone melalui transformasi Closed Career System menjadi Open System, yang direncanakan akan serempak terlaksana pada 2025. Transformasi tersebut diikuti dengan pembangunan sistem manajemen talenta (talent Pool) untuk mengisi pos-pos jabatan pimpinan tinggi (JPT).

“Para pimpinan yang ingin mencari kualifikasi apa, kompetensi apa, pengalaman kerja apa, dan sebagainya, mereka sudah punya sistem yang otomatis. Orang-orang itu tinggal diwawancarai pimpinan, jadi seleksi terbuka yang berlangsung panjang, bisa diperpendek untuk mencari orang terbaik di bidangnya,” Jelas Rudiarto.

Pembangunan manajemen talenta tersebut membutuhkan sistem informasi yang terintegrasi dan terkelola dengan baik. Rudiarto menyebut, untuk tata kelola SDM militer, sistem informasi juga menjadi hal yang penting dalam aspek kepegawaian. Namun realitasnya, di Indonesia sistem informasi yang ada kebanyakan masih pada level pertama, yaitu hanya bisa menyampaikan informasi secara terbatas. “Padahal di level berikutnya, teknologi yang kita pakai itu, bisa untuk berkomunikasi. Level yang tertinggi, sistem aplikasinya mampu berkaitan (terintegrasi) dan dipakai sebagai bahan mengambil keputusan.”

Dengan adanya sistem informasi pada level tertinggi, menurut Komisioner KASN, akan mampu menjawab kebutuhan SDM TNI demi peningkatan keamanan dan pertahanan negara. Untuk mencapainya, terdapat tiga strategi yang bisa digunakan dalam menghadapi revolusi digital, yakni:

  1. Openness and engagemen
  2. Governance and Coordination
  3. Capacities to Support Implementation

Sebagai informasi, dalam Rakorpers tersebut, turut hadir Rektor Universitas Petahanan Laksamana Madya TNI, Prof. Amarulla Octavian sebagai pembicara “Strategi Penguatan Pembinaan SDM TNI menuju Prajurit Profesional dan Berdaya Saing dalam Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional dan Kebijakan Reformasi Struktural dalam Perspektif Pertahanan, Aspers Panglima TNI Marsda TNI Kusworo, dan para perwira di TNI.

Sumber : https://kasn.go.id/